Oke. Aku harus
bilang wow untuk ini.
Seminggu yang lalu
aku baru aja bohong sama seseorang tentang seorang teman aku namanya Suriani.
Waktu itu aku ketemu
sama teman facebook namanya budi. Anak punk kota Medan.
Ya, anaknya asik,
wajahnya juga imut. Tapi seperti kebanyakan punkers lainnya, dia sedikit gak
nyambung diajak ngobrol.
So, usia bukanlah
patokan untuk menilai kedewasaan seseorang. Dan budi adalah salah satu contoh
manusia berusia 'tua' yang tingkahnya bahkan jauh lebih kekanakan daripada aku.
Dan sekali lagi aku harus bilang wow karna bisa ketemu dia.
Mungkin antara
percaya tak percaya. Ternyata insting lebih kuat dan penting daripada rencana
dan ambisi. Ya, kenapa aku bilang begitu. Ini karna insting mempertemukanku
pada banyak teman baru. Teman yang
kemungkinan aku temui berkat instingku sebagai
manusia yang mirip 'manusia'.
Meskipun membuat
perjanjian pada banyak orang dan meskipun menyusun rencana berlebihan, pada
akhirnya waktu akan berikan statement
berbeda dan Manusia hanya bisa berharap. Tapi berbeda dengan insting
yang bisa saja tiba-tiba muncul. Lalu ia membantu menuntun naluri pada sesuatu
yang tak terduka sebelumnya. Namun yang tak terduga itu biasanya adalah tak
jauh dari areal apa yang lebih kita harap.
Huft. Maaf jika
tulisan dia atas susah dimengerti. Sesungguhnya ketika menulis ini,
jari-jariku mengalir bagaikan air.
Hingga akupun tak belum sempat membaca ulang kata-katanya, dan belum sepenuhnya
sempat memahami tulisanku sendiri.
Oiya. Kembali pada
apa yang aku bohongkan pada budi.
Sekedar basa basi
(aku selalu takut dinilai aneh pada kesan pertama) aku mengatakan apapun yang
terlintas dalam fikiranku. Tak peduli itu realita atau fiktif belaka. n_n
Secara tak sengaja
aku menyebutkan satu nama teman Sma ku yang
tak jauh dari tempat aku bertemu dengan budi. Dan aku bilang baru dari
rumahnya ngucapin selamat atas pernikahannya.
Dan bla, bla, bal..
Obrolan berlanjut kesana kemari.
Dan seminggu berlalu
selang setelah aku bertemu budi. Di suatu jum'at siang. Seseorang mengantarkan
surat undangan dari teman SMA ku yang akan menikah.
Dan wow. Nama yang
tercantum di sana adalah Suriani. Nama yang aku katakan pada budi seminggu yang
lalu. Nama yang tiba-tiba terlintas difikiranku sebagai basa basi.
Ini cukup aneh dan
aku cukup kaget, mengingat kejadian semacam ini bukan hanya satu dua kali
pernah kualami.
Dulu ketika masih
sekolah aku juga sering mendapat firasat jika akan terjadi sesuatu. Kadang aku
menganggapnya sebagai suatu ilusi atau hayalan. Tapi semakin kesiini aku
menyadari ada bakat lebih dalam diriku. Sebuah bakat alami yang sulit
kukendalikan, dan tak semua orang bisa memilikinya. Aku tak tau apa nama bakat
ini. Jika dikatakan indra keenam. Mungkin bukan. Karna aku bahkan tak pernah
melihat hantu, sekedar merasakan dan mendengar kehadirannya. Sesekali aku
pernah alami. Tapi tak pernah kuberhadapan
langsung.
Dan mungkin jika aku
mengasahnya dengan cara-cara tertentu. Aku akan mendadak jadi dukun.
Ah,tapi tidak lah.
Setelah kupertimbangkan aku hidup dalam dunia realita dan fakta. Aku tak begitu
tertarik berhubungan dengan dunia semu dan gaib.
Lebih baik kujalani
sebagai manusia bisa saja. Yang normal dan bukan paranormal.