Di balik gerimis,
selalu ada lagu murni yang mengalir untuk jiwa-jiwa yang sepi.
Setidaknya hal itu yang aku percaya sampai hari ini.
Aku sangat suka gerimis, terlebih ketika aku sedang beradu dalam kesunyian di malam yang dingin.
Aku sangat suka gerimis, terlebih ketika aku sedang beradu dalam kesunyian di malam yang dingin.
Sesuatu telah
mengetuk pintu hati dan pemikiranku malam ini. Ketika aku berada pada sebuah
layar dan suara ketikan ketikan huruf pada layar keyboard yang bisu.
Aku menatap pada kehidupanku yang dulu, semuanya pernah kualami. Mulai dari masa kanak-kanak, remaja, sampai saat ini aku hampir dewasa. Ada banyak kenangan dan memori indah di sana. Kesedihan, tawa, canda dan air mata. Semua itu terjadi silih berganti, mengalir bagai air dan berlalu begitu saja.
Jika saja kantong doraemon benar-benar ada, aku akan memintanya mengeluarkan pintu ajaib dan membukanya untuk pergi kemanapun aku mau.
Aku menatap pada kehidupanku yang dulu, semuanya pernah kualami. Mulai dari masa kanak-kanak, remaja, sampai saat ini aku hampir dewasa. Ada banyak kenangan dan memori indah di sana. Kesedihan, tawa, canda dan air mata. Semua itu terjadi silih berganti, mengalir bagai air dan berlalu begitu saja.
Jika saja kantong doraemon benar-benar ada, aku akan memintanya mengeluarkan pintu ajaib dan membukanya untuk pergi kemanapun aku mau.
Tapi aku tersenyum
sesaat, karna doraemon ataupun pintu ajaib hanyalah cerita kartun karangan Fuji
Fujio.
***
Aku pernah jatuh cinta dalam hidupku, jatuh cinta untuk pertama kalinya. Aku bahagia ketika itu, karna tak ada pemikiran apapun lagi selain dia, dan hanya dia. Dia yang kucintai.
Tapi ternyata itu bukan hal yang seharusnya. Aku telah jatuh cinta pada sesuatu yang salah, seseorang yang salah atau mungkin takdir yang salah.
Aku hanya bisa mengenang cinta itu hari ini. Karna dia telah pergi entah kemana. Dan karna takdir memang tak bisa untuk kutentukan.
Aku pernah jatuh cinta dalam hidupku, jatuh cinta untuk pertama kalinya. Aku bahagia ketika itu, karna tak ada pemikiran apapun lagi selain dia, dan hanya dia. Dia yang kucintai.
Tapi ternyata itu bukan hal yang seharusnya. Aku telah jatuh cinta pada sesuatu yang salah, seseorang yang salah atau mungkin takdir yang salah.
Aku hanya bisa mengenang cinta itu hari ini. Karna dia telah pergi entah kemana. Dan karna takdir memang tak bisa untuk kutentukan.
Tik..
Tikk..
Tikk..
Bunyi itu mengalir
lembut dan perlahan, awalnya lembab dan lalu basah. Secara bergantian tetesan
air itu berlomba-lomba untuk jatuh ke bumi. Tetesan yang menghantam batu keras
menjadi basah dan berkilau terkena cahaya, tetesan yang bergerumuh terdengar dari
atap rumahku, tetesan demi tetesan gerimis bersenandung dalam sunyi
ini.
seiring dengan tetesan air mataku yang merindukan seseorang yang dulu pernah kucintai.
Tapi aku kembali menoleh pada hidupku saat ini. Alangkah beruntung dan bersyukurnya diriku. Saat udara dingin menusuk tulang dan gerimis mulai melebat. Aku masih berada di dalam kamarku yang besar, kamar yang hangat dan sunyi ditemani sebuah komputer usang.
seiring dengan tetesan air mataku yang merindukan seseorang yang dulu pernah kucintai.
Tapi aku kembali menoleh pada hidupku saat ini. Alangkah beruntung dan bersyukurnya diriku. Saat udara dingin menusuk tulang dan gerimis mulai melebat. Aku masih berada di dalam kamarku yang besar, kamar yang hangat dan sunyi ditemani sebuah komputer usang.
Lalu aku mulai
mengetik kata demi kata untuk merangkai tulisan yang tidak sebagus karya khalil
gibran ini. Ha ha
Aku jadi membagi
pikiranku karna teringat kejadian 2
tahun lalu, ketika sedang berlibur dengan keluargaku. Aku melihat seorang anak
kecil berdiri di pinggir jalan. Hari mulai gelap dan gerimis sedang turun
ketika itu. Mobil yang ditumpangi oleh keluargaku, tiba-tiba terjebak macet
karna jalanan banjir. Sangking macetnya mobil menjadi berhenti total. Berbaris.
mungkin sepanjang jalan sampai persimpangan.
Di sela kemacetan itulah anak kecil yang berdiri tadi menghampiri mobil
kami, menepuk nepuk tangannya dan menyanyikan sebuah lagu yang tak jelas,
suaranya terdengar gemetar. Akupun
melihat bajunya yang basah dan bibirnya biru menahan dingin. Dan bocah
itu tidak sendiri. Beberapa anak lainnya juga terlihat mondar mandir mengamen
untuk setiap kendaraan yang berhenti. Di balik baju basah dan wajah polos
mereka, Mereka telah membuat hatiku tersayat. Terlebih anak kecil yang berdiri
di hadapanku ini. Jika boleh kutebak mungkin usianya masih 5-6tahun. Suaranya
saja masih terdengar sedikit cadel.
Sepertinya bukan
hanya aku. Mama dan keluargaku juga kasihan pada bocah ini, dia masih terlalu
kecil, bajunya yang basah gombroh itu pasti bisa membuatnya sakit. Atau
membunuhnya.
akupun memberikan
sejumlah uang pada bocah itu, uang yang tak banyak tapi sudah cukupmengguratkan
senyum di bibirnya yang biru. Anak itu langsung berlari mencari kendaraan lain.
Dan mungkin dia akan menyayat hati lebih banyak orang lagi.
..
Kau tau, kadang kita
mengeluhkan banyak hal. Hal-hal yang tak kita punya, hal-hal yang menjadi
kekurangan kita. Tapi tanpa kita sadari ada banyak hal juga dalam hidup kita
yang begitu diinginkan orang lain, tapi tak kita syukuri.
Saat gerimis malam
ini, aku teringat pada bocah itu lagi. Ya, setelah mengingat orang yang
kucintai itu pastinya.
Jika masih mengamen
malam ini, mungkin bocah itu akan terlihat basah tapi dengan kondisi fisik yang
sedikit lebih kuat. karna 2 tahun adalah
waktu yang cukup lama untuk beradaptasi pada dinginnya hujan.
Ketika itu, jika aku
tanya apa yang diinginkan bocah pengamen itu. Dia pasti ingin pulang, istirahat
di rumahnya, atau seperti anak-anak lain, merasakan kehadiran seorang ibu yang
membuatnya merasa aman dan hangat, dan minum segelas susu.
Tapi inilah hidup,
aku tak pernah mengenal siapa bocah malang itu. Mungkin seseorang telah
menelantarkannya. Atau mungkin dia telah hidup layak hari ini. Sekali lagi aku
tak pernah tau. Yang aku tau bocah itu pernah mengiris hatiku. Dan entah kenapa
malam ini aku mengingatnya lagi.
Jika kulihat hidupku
yang sudah berkecukupan ini, kadang aku jadi lupa bersyukur. Tapi malam ini,
sebuah gerimis membuatku sadar pada kenyataan. Bahwa rumah yang kutempati saat
ini, kamar yang hangat ini, dan kedua orang tua yang sangat menyayangiku. Semuanya
telah kumiliki, dan aku bersyukur untuk itu.
Walau kadang aku
masih suka meminta hal-hal yang tak pernah kumiliki.
Lalu untuk seseorang
yang kucintai, dulu sebuah gerimis pernah mengiringi perpisahan kita. Dan aku
mengingat itu semua, seperti baru terjadi kemarin. Aku merindukanmu di malam
gerimis yang sunyi ini. Tapi jika saja kau membaca tulisan ini suatu saat. Aku
harap kau sedang berbahagia, aku sedang tak ingin mengiris hatimu. Meskipun kau
telah hilang entah kemana. Biar bagaimanapun aku pernah jatuh cinta padamu
dulu.