Tidak ada manusia
yang sempurna. Ya, mungkin kalimat klise
ini sudah sering kita dengar. Bahkan sangat seringnya sehingga jika penulis
menggunakan kalimat tersebut dalam karyanya, akan dianggap monoton dan tidak
kreatif.
Tapi tanpa disadari
kalimat Tak ada Manusia yang sempurna itu memiliki makna yang besar.
Karna berbicara
tentang Kesempurnaan berarti berbicara tentang makhluk lain yang ada di luar
muka bumi ini.
Orang-orang yang
merasa pintar adalah orang-orang yang sesungguhnya bodoh. Justru orang pintar
yang sesungguhnya sering merasa dirinya bodoh. Sama halnya dengan orang-orang
yang merasa dirinya sempurna, itu artinya dia adalah orang yang paling banyak
memiliki kekurangan.
Kita gak bisa serta
merta menjadi orang yang sombong, hanya karna kita memiliki sesuatu yang lebih
baik dari yang dimiliki oleh orang lain.
Kita juga tidak
boleh merasa congkak, hanya karna kita memiliki kemampuan dan kelebihan yang
tidak dimiliki oleh orang lain.
--
Sewaktu masih
sekolah, saya pernah menyombongkan diri pada beberapa orang teman saya.
Ketika itu saya
merasa bangga, saya mendapat juara di
kelas, saya memiliki orang tua yang pekerjaannya baik dan bergaji besar. Ketika
itu saya tidak peduli pada keadaan teman di kelas, saya menjadi egois dan
mementingkan diri sendiri. Ditambah sikap saya yang pendiam dan dingin, membuat
teman saya banyak yang menjauhkan dirinya dari saya.
Terus terang saat
itu teman saya hanya sjumlah hitungan jari, dan selama 1tahun lebih saya
mempertahankan keadaan yang demikian tersebut.
Sampai suatu hari,
teman saya Rahmadani meminta saya datang kerumahnya karna ada acara ulang
tahun. Sayapun bersedia datang dan menyadari bahwa tempat tinggal rahmadani
begitu menyenangkan. Di depan rumahnya ada ladang jambu kelutuk, di belakang
rumahnya ada aliran air yang panjang
seperti anak sungai, dan udaranya juga sejuk. Berada di rumah Ramadani membuat
saya merasa damai. Ditambah keluarganya yang ramah dan sederhana.
Tapi ada satu hal,
di balik kesederhanaan keluarga itu. Ternyata Rahmadani memiliki 6 orang adik
yang masih kecil-kecil. Ayahnya bekerja
sebagai pedagang roti, dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.
Setiap sore
rahmadani belanja ke pasar, mencari sayuran bekas, makanan yang bisa terbeli
dengan harga murah dan ya, bisa dikatakan keluarga mereka hidup dalam
kemiskinan.
Tak banyak yang saya
tau dari keluarga itu. Tapi dari mereka saya belajar sesuatu. Belajar bahwa
kebahagiaan tidak dapat diukur oleh
harta, kebahagiaan adalah rasa syukur dan rendah hati.
Andai saya adalah
rahmadani, mungkin saya tidak setegar dan sebahagia dirinya.
Sekarang saya tau,
setiap orang pasti memiliki kelebihan. Melalui rahmadani, teman saya di masa
sekolah dulu. Saya mengambil hikmah. Mungkin memang saya anak yang pintar, anak
yang berkecukupan dan mendapat banyak kebahagiaan lewat orang tuanya. Tapi saya
sombong, saya pendiam, begitu cuek dan tidak peduli sehingga tidak banyak yang
ingin berteman dengan saya. Dan Rahmadani, dia hanya anak yang biasa,dia juga
tidak punya harta berlimpah. Tapi dia bertanggung jawab terhadap adik-adiknya,
dia mamiliki lebih banyak teman daripada saya. Dan yang selalu saya lihat
rahmadani bahagia dengan apa yang dimilikinya. Dia tidak sombong.
_mungkin suatu hari
kita akan bertemu dengan rahmadani-rahmadani yang lain, atau mungkin kau akan
merasakan hal yang sama seperti yang pernah kuarasakan dulu.
Tapi ingatlah,
kesombongan bukanlah milik manusia. Manusia hanyalah makhluk kecil dibanding
dengan seluruh isi bumi dan kuasa Tuhan.
Lalu jika kau merasa
memiliki kelebihan, pandanglah orang lain. Jangan hanya dirimu sendiri.
Memang benar pilot bisa menerbangkan
pesawat. Tapi apakah dia bisa membuat pesawat?