Rabu, 23 April 2014

Curhatan sebagai Butci

Salah satu keuntungan terlahir sebagai cewek adalah ketika gue menjalani hidup sebagai Butci 'hari ini'.
Karna cewek tidak selalu di judge sebagai lesbi jika penampilannya cowok banget. Beda dengan cowok yang selalu diskak sebagai gay jika penampilannya cewek abis.


Dan faktanya cewek tetap punya kendali 'urgen' dalam sebuah hubungan asmara. Walau sang cewek sudah menjelma sebagai cewek berpenampilan klimis.
Lalu keuntungan lainnya, cewek bisa memakai atribut cowok tanpa batas. Mulai dari baju, celana, sampai sepatu. Nah loh, kalau cowok coba lo pakai salah satu aja atribute cewek, misalnya rok atau lipstik. Pasti udah dikatain banci.
 Ha ha

Suatu waktu gue pernah chattingan sama cowok yang gayanya megang abis.  Gue sendiri baru tau betapa kerennya cowok itu waktu iseng-iseng ngintipin album photonya. Namanya Irfan.
Cowok itu bilang gini "eh kenapa lo jadi butci, lo punya face. Tinggal dipoles dikit lo bakal jadi cantik banget" begitu katanya.

Dan gue Cuma menyikapi pernyataan dia dengan "eh, terserah gue dong mau jadi gimana juga'  -its my life u know!"

Padahal dalam hati kecil gue juga menyimpan jawaban, kenapa gue lebih milih jadi butci. Biarkata gue punya face,punya body -maybe, I think all girls have too-.

Itu karna gue Ingin hidup anti mainstrem, dalam kata lain gue ingin berkembang sebagai minoritas. Ibarat sebuah lagu, lagu yang asik, adalah lagu yangtidak terkenal.
Maksudnya begini,biasanya gue akan lebih suka lagu yang tidak terkenal daripada lagu yang terlalu sering diputer di masyarakat sekitar. Contohnya musik metal, sebuah musik yang amat jarang nongol di Tv, dan diputer di Radio. Tapi gue malah jauh lebih tertarik buat ngoleksi lagu Metal. Dibanding lagu dangdut yang asik buat goyang, Tapi terlalu membosankan karna selalu gue dengar diputer tiap malem di sebuah stasiun TV. Yah, lo tau sendirilah lagu apa itu!

Dan musik yang jarang didenger orang adalah satu contoh, jika gue enggak mau hidup sebagai orang kebanyakan. Yang Cuma ngikutin apa aja hal yang lagi ngetren. Gue Cuma akan ngikutin hal yang asik sekali, tapi tidak dipuja banyak orang.
Tapi dengan catatan. Hal itu masih dalam garis kewajaran. Itu! -_-"

Oya kembali ke topik awal.
Ngomongin butchi, lebih spesifiknya buchi dekil yang mungkin udah pernah kita jumpai di suatu situasi.

Jadi Dua hari yang lalu gue pergi kerumah sakit mewah untuk mengunjungi seorang saudara, dari temannya papa. Kebetulan gue lagi nginep disana.
Tempat ini cukup jauh dari rumah. Dan Gue berada di sebuah kamar rumah sakit dengan belasan orang yang sama sekali asing buat gue. Tapi bukan itu inti ceritanya. Di dalam ruangan itu gue ketemu seorang butci yang jauh lebih dekil daripada gue. Maaf, bukannya menghina. Mungkin usia gue udah jauh lebih tua dari butci yang gue temui ini. Tapi menyadari betapa gak etisnya seorang cewek jika sudah memutuskan menjadi butci tapi penampilannya malah ngalahin kejorokan kaum cowok.
Gue jadi pengen nulis ini.

Menjadi butci adalah pilihan, atau gue mau kasih pembelaan sebagai alibi 'mengikuti kata hati'.
Ya, temen gue yang juga butci pernah bilang  -dia hanya mengikuti kata hati.
Dan nyatanya hati juga baru bisa berkata something jika sesuatu sudah terjadi dalam diri kita.

So, apa intinya.
Intinya, setiap cewek tak ada yang terlahir dengan menentukan takdirnya sebagai cowok. Karna Tuhan tak pernah salah menciptakan kelamin manusia. Semua butci juga terlahir dengan kesucian yang sama, mereka bilang itu 'khas perawan' yang setiap wanita pasti punya.

Pasti. Dan selalu. Ada saja alasan untuk setiap langkah.
Yup, Langkah yang setiap orang tidak sama tujuannya. jadi itulah hal yang  tidak bisa kujawab kenapa ada saja wanita yang memutuskan menjadi seorang butci.
Jika pertanyaannya "kenapa lo milih jadi butci?" pasti jawabannya akan sangat beragam. Dan bisa menuai pro dan konntra. Karna apa?
Karna itu tadi, langkah setiap_orang_ tidak_sama.

Saat gue ketemu butci yang gayanya radak gimana gitu. Rambut gonjes, kulit item, mukanya dekil. Maaf, sekali lagi, bukan gaya saya menghina orang seperti ini. Tapi kita pasti bisa membayangkan sendiri, betapa tidak menariknya wujud cewek jika sudah seperti demikian.

Buat gue, menjadi butci, adalah bagian dari minoritas. karna tidak semua cewek gayanya macho. Artinya hanya sebagian orang yang sejalan dengan kita. Dan otomatis view kita jadi beda. Dan kalau beda, biasanya akan jadi pusat perhatian. Gitu!
Dan kalau sudah siap jadi pusat perhatian, kita gak bisa ngelak dong. Penampilan adalah hal pertama yang akan dilihat orang lain.
Dan ini yang buat gue sering gak nyaman. Sebagai butci, cewek yang gak biasa. Kalau penampakannya dekil kan gak asik. Setidaknya kita harus usaha sedikit keras, untuk mencapai penampilan yang terkesan 'smartest girl'.  Badannya juga musti wangi, kan asik.

Dan absturbnya gue ketemu butci lain di lobi lantai 3 Rumah sakit. Dan view nya sangat beda dengan butci yang pertama. Cewek ini sangat keren,

 
mirip ini gayanya :amber liu

Gue ssempet tatap-tatapan mata sama dia, dia senyum ramah. Gue membalasnya.
Haha, enggak tau juga kenapa. Setiap ketemu butci secowok apapun gayanya, pasti sesama butci tetep bisa membedakan 'jika dia adalahbutci beneran.

Aduh, gue jadi mikir yang tidak-tidak sekarang. Apakah gue pernah jatuh cinta pada seorang butci.

Ya, Akhir-akhir ini gue berfikir, jika dunia sudah gila.

Tapi sepertinya dunia tidak pernah gila, hanya orang-orangnya saja yang makin aneh.