Siang itu saya sedang bekerja.
Sampai tiba-tiba dari arah seberang jalan,
insiden itu terjadi.
Ada seorang pria mengendarai kereta kencang
dan menyerempet seorang anak sekolah
yang sedang menyebrang jalan. Karna begitu kencangnya, tidak ada yang sempat
mengejar pria itu.
Lalu
ibu majikan tempat saya bekerja langsung keluar dan membantu anak itu
berdiri. Saya tidak tau percis kejadiannya, tapi yang saya lihat telinga dan
kaki kanan si anak berdarah.
Seorang
teman dari anak sekolah inipun diminta untuk memanggil ibunya, yang
rumahnya tidak begitu jauh. Karna ketika menangis si anak berkata "aku
kalau pulang nanti dimarahin mamak.."
Merasa sebagai saksi mata, ibu majikan
sayapun membantu si anak bicara pada ibunya agar tidak kena marah.
Dan begitu mama si anak tiba. Wanita itu
berkata dengan nada khawatir "kenapa kau nak?"
Dan si anak langsung menangis kencang
"huhu.. tadi diserempet kereta.. Huhu..tanganku Kena setangnya.. Tapi
orangnya lari, huhu.."
Bla,bla, bla, saya berada tak jauh dari
kejadian itu, tapi saya tidak melihat apapun. Karna saya sedang bekerja.
Saya hanya mendengar suara tangisan bocah
laki-laki itu ketika mengadu pada ibunya.
Dan
itu membuat saya ingat mama saya.
Karna ketika masih bocah dulu, saya juga
begitu. Jika ada masalah, maka saya takut dimarahi mama. Tapi begitu berdiri
dihadapan mama, maka saya hanya bisa menangis dan meminta pengertian mama. Dan
sebagai ibu, mama akan menenangkan tangisanku dan memaafkanku.
Itu membuat mata saya berkaca-kaca nako
kalau mengingatnya.
Karna jika bukan pada mama, pada siapa lagi
seorang bocah mengadu tentang masalahnya dan menangis kencang di antara tatapan
iba orang-orang.