Jika boleh memilih,
di usia dewasa nanti aku ingin tinggal sendiri
memilih untuk mengurus diriku sendiri
dan hanya bersahabat dengan Sepi
__Cerry
Selama ini seperti
kebanyakan anak-anak lain di muka bumi. Aku tinggal (menumpang) bersama kedua
orang tuaku. Dan aku harus melakukan itu, karna selain posisiku sebagai seorang
anak, ketika itu aku tak punya pilihan.
Dan di hari ini aku
menemukan pilihan itu. Aku sudah memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Yang
kufikirkan hanya ingin jadi penulis, akan terus menulis, menulis dan akan
menulis sampai mati. Aku tak tau kenapa, aku tak bisa menjelaskan kenapa
ketertarikannku pada dunia menulis bisa sebesar ini. Tapi menulis sudah menjadi sahabat terdekatku
sejak masih jaman sekolah dulu. Dan aku tak ingin berpisah dengan sahabat
terdekatku saat ini. Karna kenyataannya aku tak memiliki seorangpun sahabat
dekat semenjak tamat sekolah.
Lantas apa
hubungannya keinginanku menulis dengan aku ingin sendiri.
Ya, aku sudah
memikirkan ini sebelumnya. Selama ini aku hidup bersama orang tua. Aku satu
satunya anak perempuan yang ada di rumah ini. Bapak dan ibuku adalah orang tua
pekerja. Hampir seminggu penuh mereka meninggalkanku sendiri dirumah hanya
untuk mencari uang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Memang aku punya
seorang adik laki-laki. Tapi adikku juga jarang dirumah, karna sibuk dengan
sekolah dan sibuk dengan teman-temannya. Alhasil, aku sudah terbiasa sendiri di
rumah dan menikmati semua Fasilitas yang ada di rumah sendiri. Entahlah, aku tak pernah jenuh, dan tak
pernah merasa kekurangan apapun sejauh ini. Aku suka menonoton film,
mendengarkan musik, chatting, Menggambar, menciptakan aransement lagu yang
semrawut dan sesekali aku memposting blog.
Memang semua yang
kulakukan menggunakan fasilitas elektronik yang ada dirumah, seperti VCD,
Laptop, hanfone dan piano. Memang karna orang tuaku yang giat bekerja, aku tak
pernah merasa kekurangan apapun, dalam-hal-materi. Benda-benda elektronik yang
memenuhi rumahku inipun terbilang masih 'baru beli', meskipun beberapa
diantaranya sudah lama terbeli dan masih terjaga dengan awet. Tapi satu hal
yang selalu buatku merasa kurang, yaitu aku selalu merasa 'Kesepian'.
Mungkin ketika aku
terbiasa sendiri dirumah. Saat aku merasa mau-tak-mau-berteman-dengan-sepi.
Lama-lama aku jadi merasa akrab dan tak mau jika sepi meninggalkanku.
Sungguh, aku ingin
tetap merasa sepi dan sendiri seperti ini. Aku merasa kondisi seperti ini
adalah kondisi terbaik untuk Menulis. Berhubung genre tulisan yang aku suka
adalah tulisan yang ngegalau dan sedih-sedih. Sebuah tulisan yang bisa buat
orang-orang (khususnya aku sendiri) menangis bombay saat membacanya. Aku rasa
aku akan tetap suka pada genre tulisan ini. Akhirnya aku tetap memilih untuk
menulis dalam sepi. Ya, Seperti yang kukatakan di atas, mungkin akan susah
menulis jika hidupku kembali penuh sesak manusia yang ramai. Kondisi itu pasti
menghilangkan rasa sepi dan galauku.
Terlepas dari
fasilitas yang kunikmati dirumah ini. Bukan berarti aku sudah menjalani hidup
nyaman. Seperti yang kukatakan aku satu-satunya anak perempuan di rumah ini.
Dan sudah menjadi tanggung jawabku merawat rumah ini agar tetap terlihat
bersih. Ya, semua pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas 'ibu rumah tangga',
dirumah ini aku yang mengerjakannya. Mulai dari yang kecil seperti menyapu,
sampai hal-hal yang melelahkan seperti mencuci baju dan masak.setiap hariAku
selalu melakukan pekerjaan rumah sendiri, saat semua penghuni rumah sibuk
berAktifitas diluar. Karna tak bisa komplen, aku mengerjakan pekerjaan itu
setiap hari tanpa bosan. Akupun sadar hanya aku yang tak punya kegiatan diluar
rumah. So, mau tak mau.
Terlebih jika
melihat keadaan mama. Ya, bisa dikatakan mamaku tak pandai mengerjakan
pekerjaan rumah (selain memasak). Dia begitu giat mencari uang bekerja sebagai
guru PNs, tapi semuanya berbeda ketika berada di rumah. Mama yang kukenal
dirumah adalah seorang ibu pemalas yang sering marah-marah. Aku sabar, aku sudah-cukup sabar, dan lama-lama aku sudah
terbiasa sabar menghadapi sikap mama. Ya, menghadapi sifat mama yang semuanya
selalu ingin sempurna, tapi tak mau melakukannya sendiri.
Seperti jika ingin makan, mama selalu ingin
piringnya bersih tanpa lemak, jika ada lemak sedikit saja maka mama akan ngomel
panjang lebar tentang aku yang tak bisa
kerja. Kalau sudah begitu aku akan diam. Mungkin mama tidak tau anaknya ini
juga manusia yang tak semuanya bisa dikerjkan sempurna, atau mungkin mama tidak
pernah mengaca pada dirinya sendiri yang
bahkan mama lupa kapan terakhir kali Mencuci piring. Kadang ingin rasanya aku
melawannya "kalau mau bersih tanpa lemak, mama cuci aja sendiri". Ah,
tapi tidaklah. Dulu aku pernah melakukannya dan ternyata hal itu hanya
memperpanjang masalah. Ooh, aku juga baru saja melakukannya tapi itu dalam
hati. Dan dari luar aku akan tetap diam menghadapi sikap mama. Aku ingat kapan
terakhir mama ngomelin aku, dan itu adalah tadi pagi. Mungkin besok pagi mama
akan kembali ngomelin aku.
Ya, bisa dikatakan aku dan mama tidak memiliki
kedekatan apapun, kami bahkan jarang berkomunikasi atau bertukar cerita.
Setidaknya cerita antara ibu dan anak. Dan hal ini kadang semakin menambah
keinginan dan tekadku untuk tinggal sendiri.
Lalu apa yang bisa
kulakukan ?
Begini, kemarin aku
mendengar ada lowongan kerja di bandara penerbangan. Dan aku harap setelah
mengirim lamaran kerja ke sana aku akan diterima. Dan aku sangat berharap
lamaranku diterima, karna kemungkinan besar aku akan tinggal jauh dari rumah
jika aku memiliki pekerjaan itu. Jika jauh dari rumah, setidaknya aku bisa Kos
atau ngontrak di rumah orang untuk hidup sendiri. Aku yakin aku bisa mengurus
diriku sendiri dengan baik, karna selama ini juga aku mengurus diriku sendiri.
Oh tidak juga, aku bahkan mengurus semua keluargaku. Setiap hari aku yang
mencucikan baju mereka, menyetrika baju kerja mereka dan aku juga yang memasak
makanan untuk mereka. So, apa sulitnya mengurus baju dan pakaianku sendiri. Aku
rasa itu bukan beban jika aku memang harus hidup dalam Sepi.
Masalah fasilitas,
sepertinya aku hanya butuh ponsel dan sebuah laptop. Selebihnya aku bisa hidup
kok tanpa fasilitas2 lain. Itu saja sudah membuatku cukup. Aku bahkan tak
terlalu butuh penanak nasi. Karna sudah lama aku tak makan nasi dan sudah
hampir lupa rasa nasi. Sungguh !
Tapi kembali pada
pernyataan 'manusia hanya bisa berharap, tapi semua kembali pada ketentuan
Tuhan'
Saat ini aku Cuma
bisa berharap lamaranku diterima. Agar aku bisa bekerja mencukupi diri sendiri
dan yang lebih penting agar aku bisa hidup sendiri.
Tapi jika lamaran
kerjaku kali ini Ditolak kembali. Seperti lamarankerja pertamaku
mungkin ini belum rezeki. Rezekiku mungkin ada di tempat lain. Dan aku yakin
banyak jalan Menuju Roma.
Seiring
kedewasaanku, dan seiring bertumbuhnya kemandirianku. Mungkin tanpa memiliki
pekerjaan pun. Orang tuaku akan mengizinkanku untuk pergi dari rumah ini. Pergi
dari tempat yang membuatku nyaman akan fasilitasnya dan pergi dari tempat yang
membuatku gusar akan sikap keluargaku.
Yang pasti pergi untuk menikmati dan merasakan hidup susah sendiri. Tanpa ada
siapapun selain aku dan tulisanku.